Kamadigital

Kamadigital

Konsultan dan Jasa Bisnis

Jakarta Pusat, Jakarta 1.937 pengikut

Inspire with Creativity

Tentang kami

PT. Kreasi Kama Nusantara (Kamadig) is a growing start-up focused on strategy & handling digital creative content utilized an advanced technology and research to broaden the market reach. In 2018, Kamadig established a digital creative content as their tool for marketing campaign and trusted by both private and government institutions to provide comprehensive and scalable digital campaign management solutions. Our business strategy combines program development techniques, excel at applications and digital content with creativity and inovation acquire strong qualitative and quantitative research and development. Our Services Creative Digital Campaign Content Creator Blogger Management Social Media Management Creative Training & Event Tourism Consultant A Comprehensive social media management with research based platform. Research Content Editorial Plan Material Collection Daily Management KOL/Influencer activation Insight & Monitoring Content Type : text based, picture based, graphis based, video based

Industri
Konsultan dan Jasa Bisnis
Ukuran perusahaan
11-50 karyawan
Kantor Pusat
Jakarta Pusat, Jakarta
Jenis
Perseroan Tertutup
Tahun Pendirian
2019
Spesialisasi
Social Media, Content Production, Digital Marketing, Communication , Media Research, Brand Consulting, Video Production, Advertising, Content Strategy, Creative Event Organizer, Digital Marketing Training, Web Development

Lokasi

Karyawan di Kamadigital

Update

  • Kamadigital membagikan ini

    Lihat profil Vika Octavia, grafis

    Founder & CEO Kamadigital

    MEMENANGKAN SOSIAL MEDIA, MEMENANGKAN HATI RAKYAT Dengan bangga Kamadigital bisa mengantarkan kemenangan 2 paslon (1 Bupati dan 1 Gubernur) dari 3 paslon kepala daerah melalui pengelolaan personal branding & digital campaign. Kok nggak semuanya menang ?? Gini, ternyata campaign sekeren apapun, kalo kurang dukungan timses internal, tetap saja nggak mampu mendorong elektabilitas. 😒 Anyway, kami berangkat dari 0 mulai dari riset, merancang strategi, hingga pendampingan. Salah satu kandidat, dari survei awal kurang dari 10% bisa menutup quick count hampir 65%. Menang telak! Segampang itu? Nggak sama sekali! Ini mungkin pekerjaan yg paling menguras fisik, analisis dan psikis sekaligus. Harus bisa integrate antara dinamika politik, wawasan marketing, komunikasi hingga public policy. Kalau "jualan" barang biasa, kita cukup memahami demografi dan karakter pasar sesuai target pasar. Tapi di Pilkada, bukan cuma Gen-Z sebagai pemilih mayoritas yg harus didalami, namun semua golongan dan generasi. Contohnya; Nggak bisa tuh bikin konten cuma relate sama Gen-Z, ada ceruk emak-emak sbg focal point keputusan keluarga tidak disentuk. Lalu, ada juga segmen Bapak2 pensiunan yang hobi-nya nge-share apapun di WAG. Itu baru bicara segmentasi, belum muatan lokal, budaya dan adat istiadat. Konten untuk penduduk NTT jelas nggak bisa sama dgn konten untuk warga Tangerang. Basic awal yang wajib banget dipelajari adalah karakter bapak-bapak calon pejabat ini. Profile yg "genuine" adalah senjata terbaik untuk menarik perhatian masyarakat. Ingat, pada dasarnya orang memilih dengan hati, mereka bisa lupa visi misi tapi tetap selalu ingat karakter yg humanis, merakyat, atau gemoy namun tetap meyakinkan sbg Pemimpin. Buat dapetin itu, kita harus nemenin si Bapak/Ibu ini nyaris 24 jam agar tau sisi mana sih yg bisa kita "jual" tanpa berkesan pencitraan berlebihan. Tidur di mobil, hotel murah, hotel mewah, bahkan di kapal laut pernah kami jabani untuk dapetin momen terbaik. PR lainnya adalah gimana cara menyampaikan visi misi dgn bahasa yg sederhana, nggak ribet (kalo perlu pake humor) agar nyantol di kepala pemilih, sesuai dgn kebanyakan latar belakang masyarakat Indonesia. Hasilnya, kami bisa dapetin hingga setidaknya rata-rata 7 juta impresi organik untuk satu platform saja. Kalo DPT-nya 3 juta, artinya setidaknya hampir seluruh pemilih sudah terpapar konten yang kami buat. Capek banget! Tapi semua terbayar, ketika kandidat yang kita bantu, bisa menang. Terakhir, ada tokoh yg bilang: Motivasi kampanye politik itu adalah kemenangan, bukan edukasi. Namun, saya bangga bisa menggabungkan semuanya, kemenangan sekaligus edukasi. Salam Demokrasi 😊

  • Kamadigital membagikan ini

    Lihat profil Vika Octavia, grafis

    Founder & CEO Kamadigital

    BENCANA PENGGUNAAN AI DI PILKADA SERENTAK .. Tahun ini Kamadigital membantu personal branding dan digital campaign beberapa calon Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota) pada Pilkada Serentak 2024. Tiga bulan yang sungguh menguras energi fisik, pikiran, dan psikis.. Kompleksnya dunia politik harus bisa diintegrasikan dengan best practices komunikasi publik dan digital marketing. Satu hal yang pasti, Indonesia yang maha luas ini, ternyata tidak bisa sepenuhnya dimenangkan dengan teknologi hebat. Lebih dari 70% masyarakat kita (apalagi yang rural) masih harus didekati dengan konsep kekerabatan, kekeluargaan dan local wisdom. Salah satu klien kami (sebuah provinsi di timur Indonesia) sebelumnya sudah menggunakan vendor yang sangat mengandalkan AI dalam pembuatan konten maupun percakapan di sosial media. Pola kerjanya duduk di belakang layar, kutak katik, tanpa turun ke lapangan sama sekali. Berharap AI jadi Tuhan yg bisa ngasih wangsit ide konten 😀 Nggak heran hasilnya jauh panggang dari api alias mengecewakan. Dilala kamilah yang jadi pemadam kebakaran di ujung-ujung masa kampanye. Kok bisa? Setelah saya analisis kira kira begini alasannya: 1. Membangun personal branding artinya mengenal baik pribadi orangnya, dan itu tidak bisa dilakukan oleh mesin secanggih apapun. Kami sendiri mengawal para calon kepala daerah tsb hampir 24 jam. Mengenal pribadi beliau, tau kebiasaannya, hobinya, hapal nama anak, istri sampai nama kucing peliharaannya! Itu yg jadi dasar kami membangun personal branding yg genuine bukan cuma pencitraan. 2. Politik campaign itu pada dasarnya sama dengan campaign produk dan jasa lainnya. Kita harus tau siapa targetnya, demografinya, kompetitor kita siapa, value kita apa,distribusi produk kita kemana dll. Ini analisis basic yg harus dilakukan sebelum bikin strategi campaign. Lah, klo ini tidak diriset "manual" dan cuma depend on AI ya gimana nggak gagal.. 3. Pelosok Indonesia, bukan Amerika, bung! Yg big datanya lengkap sehingga karakter masyarakatnya bisa ditarik semua oleh AI. Nggak heran kalau konten hasil AI yg dibuat jadi nggak nyambung untuk target pemilih. Konten gaya dan bahasa Jaksel dibawa ke Pulau Rote Gimana bisa coba?? Sementara kunci konten yg baik adalah relate dengan sasarannya dalam segala hal. Ya bahasa, budaya dan faktor demografi lainnya. Walau basic pendidikan saya juga di TI, ternyata kita memang nggak boleh terlalu mendewakan teknologi. Nggak usah bangga dulu dengan macam macam terminologi digital, kalau hubungan dengan manusia sebagai subyek utama hidup ini nggak dibangun.. Anyway,..Selamat berhari minggu, jangan lupa.menyapa seseorang dengan tulus hari ini...😘😄

  • Kamadigital membagikan ini

    Lihat profil Vika Octavia, grafis

    Founder & CEO Kamadigital

    JADI PERUSAHAAN RAMAH GEN Z.. Fenomena yg unik akhir-akhir ini, pasar tenaga kerja makin didominasi Gen Z, di sisi lain, katanya Gen Z lah yang paling banyak rentan PHK. Beberapa berita bilang, enggan merekrut Gen Z terkait masalah mental dan etika. Tapi lucunyaaa, banyak lowongan kerja yg mensyaratkan batasan umur yg artinya justru Gen Z- lah sasarannya.. Menurut saya, perusahaan memang harus merekrut Gen Z kalau mau survive, kan supply-nya banyak.. Sekarang tinggal perusahaan dan leader-nya, bisa nggak jadi "ramah Gen Z" Bener nggak agar jadi ramah Gen Z maka wajib ada WFA, ke kantor boleh nyeker dan ada meja pingpong? Nyatanya perusahaan yg punya itu semua (startup startup keren) banyak juga yg bangkrut. Ngapain keren-keren kalo akhirnya PHK massal juga? Perusahaan itu wajib tumbuh, mau generasi apa pun penghuninya. Jadi harus gimana? Ini based on pengalaman saya, dimana 90% karyawan Kamadigital dan tiap tahun dengan segala dinamikanya, kita bisa terus tumbuh.. Kuncinya satu, cari titik tengah tengah. Gen z lahir dimana dunia penuh dengan barang instan dan short cut. Mereka gak perlu ke perpustakaan buat cari literatur. Semua tinggal pencet. Leader nggak bisa lagi pake cara cara aristokrat yang sangat top down. Namun juga nggak boleh kebablasan lepas kontrol. Harus bisa jadi bos, teman, sahabat bahkan kadang kadang jadi orang tua. Di sisi lain, Gen Z nya sendiri harus diajarin bahwa banyak hal-hal di dunia pekerjaan yg tidak lekang jaman. Tanggung jawab, komunikasi, etika dan sopan santun. Tugas siapa? Yah salah satunya tugas atasannya. Soal kerjaan, kasih fleksibilitas. Ini kunci banget. Saya masih ngasih WFH seminggu 2x kecuali ada tugas luar kantor yg mendesak atau atas permintaan klien. Ini mungkin yg nggak ada pada generas terdahulu. Bebas mau kerja dimana, bebas mau ijin (selama memungkinkan), nggak kepo sama urusan pribadi, serta paling penting bebas komunikasi. Saya paling nggak mau klo ada jarak komunikasi antar saya dan staf saya. Termasuk curhat! Leader juga harus pinter pinter mengelola emosi dan mengelola mood diri sendiri bahkan stafnya. Kalo kira kira gak urgent banget, keep dulu permintaan kerjaan baru ke staf. Apalagi saat lagi fully loaded. Ntar burning out anak orang... Di balik kata fleksibel dan "santai", Gen Z juga perlu ketegasan. Ada kalanya memang mereka harus dimarahin! Namun disisi lain, keberhasilan dan kerja yg bagus juga wajib di apresiasi.. Jadi semua seimbang. Satu lagi, gen Z suka healing.. sering seringlah jalan-jalan sama sama atau minimal WFC sama sama... 😃🙄😄

Halaman serupa